Tuesday, March 10, 2009

Pendaki

Alkisah ada 2 orang yang hendak mendaki sebuah gunung.
1 orang pendaki merupakan pendaki yang professional kita sebut saja dia bernama Yusuf.
1 orang pendaki lainnya adalah pendaki pemula bernama Wahyu.
Dalam perjalan mendaki gunung tersebut, bertanyalah si Wahyu kepada Yusuf.
Suf, kenapa sich dalam perjalanan mendaki ini harus ada batu besar dan jalan yang menonjol?
Kemudian Yusuf mengatakan kepada Wahyu, bahwa dengan batu besar tersebut serta jalan yang menonjol tersebut kita gunakan sebagai pijakan untuk mencapai puncak gunung tersebut.

Hikmah yang dapat kita petik adalah:
Untuk mencapai suatu kesuksesaan penuh sekali dengan aral merintang dan kerikil-kerikil yang harus dilalui.
Dalam norma beragama, seharusnya kerikil-kerikil tersebut merupakan cobaan manusia untuk menjadi manusia yang mencapai posisi puncak dengan demikian dia akan semakin matang.
Kalau kita perhatikan banyak orang mengeluh atas cobaan dan rintangan yang diterima sehingga banyak dari mereka berdoa "agar dijauhi dari segala cobaan". Menurut saya lebih baik doanya menjadi "agar kita dikuatkan untuk menghadapi musibah dan dapat melaluinya dengan ridho ilahi." atas cobaan tersebut maka kita menjadi manusia yang jauh lebih sempurna.
Selain itu, kesalahan fatal kita dalam berdoa adalah kita meminta ilahi memecahkan masalah kita dengan cara kita. Padahal Ilahi memiliki trilliunan cara untuk menghadapi masalah kita dan hanya Dia-lah yang tahu bagaimana solusi terbaik untuk kita. Sungguh manusia banyak sekali yang sombang namun tidak menyadarinya.

Inti dari semua ini adalah, jangan pernah mengeluh atas segala cobaan, hadapi dengan tegar karena Ilahi bersama kita dan yakinlah akan kekuatan doa dan ridhonya.

Wassalam,
Fakih Wahyudi


2 comments:

Anonymous said...

titip iklan ahhh....
http://mrsnova.multiply.com/
terimas kasih bang fakih

Anonymous said...

Setuju Bang... ALLAH punya maksud dan cara yg kadang qta ga ngerti.. walau tujuanya terbaik buat qta... udah gtu kadang qta ga bersyukur jdnya lebih parah lg... qta sebagai mahluk manusia yg rugi