Wednesday, February 11, 2009

Pengajian

Ujian Keimanan Umat IslamMarilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam suratAl-‘Ankabut ayat 2 dan 3:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dansesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, makasesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Diamengetahui orang-orang yang dusta.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensipernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yangdiberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada kita, untuk membuktikansejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman,apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dankemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dantujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat,ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan sepertiyang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ankabut ayat10:
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami berimankepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman)kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dansungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akanberkata: “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.” BukankahAllah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?
Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah imanyang kita miliki yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh AllahSubhannahu wa Ta'ala. Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapiujian yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujianitu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang inginmasuk Surga tanpa melewati ujian yang berat. Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepadakalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian?Mereka ditimpa malapetaka dan keseng-saraan, serta digoncangkan (denganbermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yangberiman bersama-nya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat”.(Al-Baqarah 214).
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnyaperjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan imanmereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul AratsRadhiallaahu anhu, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari).
Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisirdengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akantetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yangdiletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidakmemalingkannya dari agamanyaUjian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda.
Danujian dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macamujian yang telah dialami oleh para pendahulu kita:
Yang Pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, sepertiperintah Allah kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih putranyayang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat danmungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelihanaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukankesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allahsendiri mengatakan: Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).Dan di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi IbrahimAlaihissalam yang benar-benar sudah tahan uji, sehingga dengan segalaketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itupun dijalankan.Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Shallallaahu alaihi wa salam danputeranya adalah pelajaran yang sangat berat itupun dijalankannya.Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yangsangat berharga bagi kita, dan sangat perlu kita tauladani, karenasebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintahAllah yang dianggap berat bagi kita, dan dengan berbagai alasan kitaberusaha untuk tidak melaksanakannya.
Yang Kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan sepertihalnya yang terjadi pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorangperempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknyaberzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudahtinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pinturumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan kualitas imannya, iaberhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimanapemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telahlulus dari ujian atas imannya.Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu kita ikuti, di saat pintu-pintukemaksiatan terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman kerasdan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat,sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudahada yang kecanduan. Kita dituntut untuk selalu bisa menjaga diri kita,keluarga kita dan orang-orang sekeliling kita agar tidak terjerembab dalamkubangan kemaksiatan, serta menanamkan sifat mulia Nabi Yusuf Alaihi alSalam dalam diri kita dan orang-orang disekeliling kita.
Yang Ketiga: Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit,ditinggalkan orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, NabiAyyub Alaihissalam yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangatburuk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yangselamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya telah habistidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan untuknafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia danisterinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. Musibahini berjalan selama delapan belas tahun, sampai pada saat yang sangatsulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah:“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub ketika ia menyeruTuhan-nya;” Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dansiksaan”.Dan ketika itu Allah memerintahkan Nabi Ayyub Alaihissalam untukmenghantamkan kakinya ke tanah, kemudian keluarlah mata air dan Allahmenyuruhnya untuk meminum dari air itu, maka hilanglah seluruh penyakityang ada di bagian dalam dan luar tubuhnya. Begitulah ujian Allah kepadaNabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudaramerupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi AyubAlaihissalam membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasamenderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Imanseperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tegamenjual iman dan menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkussarimi, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidakseberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi AyyubAlaihissalam ini.
Yang Keempat: Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yangtidak menyenangi Islam. Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallaahualaihi wa salam dan para sahabatnya terutama ketika masih berada di Mekkahkiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diujidengan berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkannyawa. Di antaranya apa yang dialami oleh Rasulullah di akhir tahunketujuh kenabian, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskanhubungan apapun dengan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam besertaBani Abdul Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jikakedua suku itu bersedia menyerahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wasalam untuk dibunuh. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam bersamaorang-orang yang membelanya terkurung selama tiga tahun, mereka mengalamikelaparan dan penderitaan yang hebat. Namun penderitaan itu tidak sedikitpun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terusberdakwah dan menyebarkan Islam.Sebagai orang-orang yang telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkandiri untuk menerima ujian dari Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujiandari Allah itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita, sebagaimanasabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam, yang diriwayatkan Imam alTirmidzi :“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan (ujian),Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum Ia akan menguji mereka,maka barangsiapa ridha, baginyalah keridhaan Allah, dan barangsiapa marah,baginyalah kemarahan Allah”.
Mudah-mudahan kita semua diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allahdalam menghadapi ujian yang akan diberikan oleh Nya kepada kita.

AminUstadz Ma'luuful Anam, MA (Pesantren Virtual)

No comments: